Tiga Hal yang Memperparah Masalah Kekurangan Perumahan di Indonesia

www.Lagu.info – Kurangnya ketersediaan jumlah rumah hunian untuk rakyak di Indonesia masih merupakan masalah yang cukup serius. Pemerintah harus bekerja ekstra keras. Sudah banyak kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk menyediakan jumlah hunian agar tidak lagi kekurangan. Bertambahnya pencarian tanah atau lahan secara signifikan dari tahun ke tahun membuktikan bahwa kebutuhan akan sebuah rumah masih merupakan salah satu hal yang utama.

Di daerah-daerah, sudah banyak dibangun Perumahan Murah Bersubsidi. Kendati demikian, secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa ada 3 hal mendasar yang menyebabkan kebutuhan akan rumah tidak seimbang dengan tersedianya rumah, yaitu:

1. Meningkatnya Permintaan
Populasi atau jumlah penduduk dan masyarakat di Indonesia berkembang cukup cepat. Imbasnya, diperkirakan tahun 2020 nanti, jumlah populasi akan menyentuh angka 230an juta. Otomatis, akan ada permintaan untuk lahan yang nanti dibangun perumahan untuk huniannya. Dalam hitungan sederhana, sedikitnya perlu 800ribu hunian baru per tahun agar di tahun 2020 nanti tidak terjadi defisit atau kekurangan rumah.

Pemerintah juga telah membuat langkah strategis dengan mengelontorkan Kredit Perumahan Rakyat (KPR) bersubsidi untuk program rumah murah. Program FLPP ) Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan) menyediakan diskon khusus untuk kredit perumahan khusus keluarga. Bank Indonesia juga mengeluarkan kebijaksanaan agar uang muka (DP) pembeli untuk rumah kedua dan seterusnya lebih mahal agar yang beli nanti adalah yang benar-benar belum punya rumah.

2. Birokrasi yang bertele-tele
Di tahun sebelumnya (2015), pemerintah telah membangun sedikitnya 600ribuan unit hunian rumah baru untuk rakyat. Akan tetapi, banyak yang merasa dipersulit akibat alur birokrasi dan/atau kekeliruan pengurusan. Para developer/pengembang perumahan juga menyampaikan keluh kesah mereka akan aturan yang berbelit serta menyusahkan. Sehingga, tidak heran jika sebagian dari mereka berfokus pada pembangunan rumah untuk rakyat menengah ke bawah dibanding perumahan murah bersubsidi.

3. Terbatasnya Lahan
Hal terakhir adalah jumlah tanah atau lahan. Bumi kita ini hanya satu. Dari dulu sampai sekarang, jumlah lahan yang segitu-gitu aja. Jikapun bertambah, mungkin dengan cara reklamasi atau yang lainnya. Jadi, memiliki lokasi yang tepat untuk rumah hunian merupakan masalah selanjutnya dan ini akan menghasilkan hal yang lebih kompleks.

Jika ketiga hal di atas bisa diminimalisir atau dihilangkan sama sekali, Indonesia akan punya banyak rumah untuk masyarakatnya sendiri. Perumahan murah bersubsidi pun akan menjadi pilihan terbaik bagi keluarga yang memerlukan.

Apoteker yang menyukai dunia teknologi dan musik. Biasa memainkan bass jika di band. Pemain gitar dan keyboard jika di rumah.
Lihat semua tulisan 📑. Follow/Ikuti Lagu.info di Google.